Selasa, 11 Februari 2014

DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR


BAB I
PENDAHULUAN



Latar Belakang
Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik.
            Sering kali kita jumpai bangunan yang telah berdiri atau selesai di bangun tapi tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya, sehingga bangunan itu terbengkalai dan tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu kita mesti mencari tahu apa saja sebab-sebab bangunan tersebut tidak dapat dioperasikan dengan sebaik mungkin.
apabila pembangunan tanpa diawali dengan sebuah perencanaan yang biasanya melibatkan campur tangan maupun pemikiran seorang arsitek.  Sebuah pembangunan yang dilakukan tanpa adanya pemikiran dari seorang arsitek, biasanya akan berjalan tidak sempurna, karena terkadang dalam memutuskan sebuah tindakan untuk pembangunan seorang klien biasanya hanya berpedoman pada literatur - literatur bangunan yang pernah ia lihat disekelilingnya.
Seorang arsitek diwajibkan mampu menganalisa suatu kondisi yang sedang terjadi dalam proyek yang sedang dilaksanakannya. Perlunya mempertimbangkan keadaan alam yang semakin hari semakin terbatas dalam segi lahan dan aspek sosial serta pertimbangan terhadap pengaruh lingkungan menjadi perhatian utama sang arsitek untuk mencari solusi dari semua keadaan untuk mencapai hasil desain yang dapat diterima dari berbagai pihak tanpa mengurangi resiko desain terhadap bangunan lingkup sekitarnya.
Selain itu,  dapat pula terjadi apabila pembangunan Rumah tanpa adanya campur tangan dari seorang arsitek, antara lain sebagai berikut :
1.  Adanya "Konsep" bangunan / rumah yang tidak terdefinisi.
2.  Perencanaan yang kurang matang terhadap program kebutuhan ruang, mulai dari    
    kebutuhan ruang saat ini sampai dengan prediksi kebutuhan ruang dimasa yang akan datang.
3. Meningkatnya biaya pembangunan rumah yang tidak terkontrol. Tanpa adanya sebuah perencanaan yang jelas, maka biasanya seseorang akan membangun rumahnya berdasarkan "kebutuhan, pemikiran, maupun ide" yang ia pikirkan saat itu, sehingga sering  terlupakan alternatif - alternatif lain yang kemungkinan berpotensi lebih murah dan hemat.
4.  Adanya sedikit penyesalan diakhir pembangunan.
Tujuan
            Karena latar belakang yang ada, oleh karena itu tujuan dari penulisan ini adalah untuk mencari tahu sebab-sebab mengapa bangunan-bangunan tersebut bisa tidak terpakai. Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya dan lain-lain. Dan untuk pembangunan yang sedang dalam proses pembangunan, agar bisa terlaksana membangun sampai selesai, diperhitungkan semua pengaruh terhadap penghuni, lingkungan, serta bangunan itu sendiri, agar bangunan yang dibangun kelak akan berguna dan tidak akan sia-sia.

BAB II
TINJAUAN TEORI
Evaluasi Pasca Huni didasari keinginan untuk mengetahui dampak dari desain arsitektur bangunan dalam beberapa periode tahun pembangunannya terhadap penghuninya. Hal ini penting untuk mengetahui performa bangunan yang termasuk didalamnya fungsi dan ketersediaannya fasilitas.
Evaluasi pasca huni pada rusunawa di DKI Jakarta adalah untuk mengetahui persepsi penghuni terhadap perkembangan performa desain arsitektur bangunan rusunawa berdasarkan beberapa periode pembangunan. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk memperbaiki desain rusunawa masa yang akan dating.Tujuan dari evaluasi pasca huni untuk :
 (1) menghasilkan dasar pertimbangan terhadap desain arsitektur bangunan rumah susun yang sesuai dengan standar pembangunan gedung, kenyamanan penghuni dan optimasi biaya pengelolaan
 (2) meminimalkan permasalahan dan kekeliruan dalam perancangan, sehingga desain dan penggunaan bahan bangunan yang dihasilkan pada masa yang akan dating menjadi lebih baik. Identifikasi masalah yang dilakukan berdasarkan pengamatan awal terhadap arsitektur bangunan antara lain: 
(a) permasalahan kebutuhan jenis ruang, 
(b) permasalahan besaran ruang
  (c) permasalahan jenis bahan dan material. Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi dan pengamatan di lapangan dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa perkembangan arsitektur baik dari kebutuhan akan jenis program ruang, besaran dan ukuran ruang serta penggunaan material/bahan bangunan dalam beberapa periode, semakin lama menjadi lebih baik. Dapat dijelaskan bahwa beberapa jenis kebutuhan akan program ruang, besaran dan ukuran ruang serta penggunaan material/bahan bangunan yang digunakan adalah sebagai berikut: 
(*) kebutuhan akan jenis ruang semakin berkembang dalam beberapa periode pembangunan,ini terlihat dari makin bervariasinya program ruang, 
(*) besaran ruang pada unit hunian semakin lama semakin besar, sesuai dengan ketentuan bahwa unit paling kecil adalah 30 M2 dengan 2 (dua) ruang tidur,kebutuhan besaran unit juga perlu diperhatikan terhadap target penghuni yang berbeda dan disesuaikan kebutuhan ruang dari target penghuni seperti buruh pabrik/mahasiswa atau keluarga kecil/menengah yang hanya membutuhkan ruang serbaguna untuk unit huniannya. 
(*) perletakan zona ruang dalam beberapa periode tidak mengalami perubahan yang drastis, penempatan zona ruang pada unit hunian sudah memenuh criteria dalam standar penataan ruang, 
(*) jenis bahan dan material semakin lama berdasarkan beberapa periode semakin baik, hanya pada bagian-bagian tertentu penggunaan bahan dan material belum memenuhi satu criteria, antara lain finishing untuk ruang dalam unit hunian dan 
(*) desain dan tampak muka (façade) bangunan rusunawa semakin baik, sehingga dapat meningkatkan image dari rusunawa tersebut. Selanjutnya untuk memperbaiki persepsi negative atas rusunawa dapat direkomendasikan antara lain: 
(.:.) berusaha melahirkan bentukan yang lebih dinamis dan imajinatif, 
(.:.) memilih material bangunan yang rendah perawatan 
(.:.) mengolah pilihan material tersebut menjadi lebih menarik dan memiliki nilai estetis.
Kebutuhan mendesak dari banyak rumah sering membuat rencana yang telah dilakukan adalah cepat dan tanpa intervensi dari masyarakat setempat. Kondisi ini akan membuat masyarakat tidak puas dengan rumah yang dibangun, dan mereka  tidak tinggal di rumah (rumah kosong fenomena). Beberapa teori mengatakan bahwa pembangunan partisipatif akan lebih efektif dan berhasil daripada pembangunan berdasarkan konstruktor. Bahkan, faktorberhasilnya pembangunan berdasarkan tingkat hunian dan kondisi sosial ekonomi penghuni.
BAB III
METODELOGI

Analisis ini menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisi dengan cara mengumpulkan data berupa cerita rinci atau keadaan sebenarnya. Dengan kata lain, analisi kualitaitf adalah analisis dengan cara mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep dan teori.
Analisi data secara kualitatif dilakukan berdasrkan logika dan argumentsi yang bersifat ilmiah. langkah-langka ini meliputi survey obyek-obyek komparsi, lokasi tapak untuk mendapatkan data-data dan komparsi yang berhubungan dengan obyek perancangan.
Konstruksi bangunan dan pengoperasian memiliki dampak langsung dan tidak langsung yang luas pada lingkungan. Bangunan menggunakan sumber daya seperti energi, air dan bahan baku, menghasilkan limbah (penghuni, konstruksi dan pembongkaran) dan memancarkan emisi atmosfer yang berpotensi membahayakan. pemilik Bangunan, perancang dan pembangun menghadapi tantangan yang unik untuk memenuhi kebutuhan untuk fasilitas baru dan direnovasi yang dapat diakses, aman, sehat, dan produktif sambil meminimalkan dampak terhadap lingkungan.
 Membuat bangunan berkelanjutan dimulai dengan :
o   Pemilihan lokasi yang tepat,
termasuk pertimbangan penggunaan kembali atau rehabilitasi bangunan yang ada.
Lokasi, orientasi, dan lansekap sebuah bangunan mempengaruhi ekosistem lokal, metode transportasi, dan penggunaan energi.
o   Memasukkan prinsip-prinsip pertumbuhan Smart dalam proses pembangunan proyek,
misalnya sebuah gedung, kampus atau pangkalan militer.
·  Penempatan untuk keamanan fisik merupakan isu penting dalam mengoptimalkan desain, termasuk lokasi jalan akses, parkir, hambatan kendaraan, dan lampu perimeter.
Hal-hal yang menjadi perhatian lingkup dalam pekerjaan arsitektur adalah:
o    Gunakan Optimalkan Energi
 Untuk mengurangi beban, meningkatkan efisiensi, dan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan di fasilitas federal.
o    Melindungi dan Menghemat Air
Sebuah bangunan yang berkelanjutan harus mengurangi, mengontrol, dan mengobati limpasan situs, penggunaan air secara efisien, dan penggunaan kembali atau daur ulang air untuk digunakan di tempat.
o    Lebih baik Gunakan Produk Lingkungan
Sebuah bangunan yang berkelanjutan dibuat dari bahan yang meminimalkan dampak siklus kehidupan lingkungan seperti pemanasan global, penipisan sumber daya, dan toksisitas manusia. Lingkungan bahan disukai memiliki efek mengurangi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dan berkontribusi untuk meningkatkan keselamatan pekerja dan kesehatan, kewajiban mengurangi, biaya pembuangan dikurangi, dan pencapaian tujuan lingkungan.
o    Meningkatkan Kualitas Lingkungan Indoor
Kualitas lingkungan dari sebuah bangunan memiliki dampak signifikan pada kesehatan penghuni, kenyamanan, dan produktivitas. Di antara atribut lain, sebuah bangunan yang berkelanjutan memaksimalkan pencahayaan, seperti memiliki ventilasi yang tepat dan kontrol kelembaban, dan menghindari penggunaan bahan-bahan dengan emisi tinggi. Selain itu, pertimbangkan ventilasi dan penyaringan untuk mengurangi kimia, biologi, dan serangan radiologi.
o   Operasional dan Pemeliharaan Praktek Optimalkan
Mengingat operasi bangunan dan isu pemeliharaan selama tahap desain awal fasilitas akan memberikan kontribusi untuk lingkungan kerja yang baik, produktivitas yang lebih tinggi, energi dan biaya sumber daya, dan mencegah kegagalan sistem. Mendorong bangunan operator dan personil perawatan untuk berpartisipasi dalam tahap desain dan pengembangan untuk menjamin operasi yang optimal dan pemeliharaan gedung. Desainer dapat menentukan bahan dan sistem yang mempermudah dan mengurangi kebutuhan perawatan; membutuhkan air lebih sedikit, energi, dan bahan kimia beracun dan pembersih untuk menjaga, dan biaya-efektif dan mengurangi biaya hidup-siklus. Selain itu, fasilitas desain untuk menyertakan meter untuk melacak kemajuan inisiatif keberlanjutan, termasuk penurunan penggunaan energi dan air dan limbah, dalam fasilitas tersebut dan di situs.
 BAB IV
STUDY KASUS
Pulau Hashima (berarti "Pulau Perbatasan"), umumnya disebut Gunkanjima (berarti "Pulau Kapal Perang") adalah salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di Prefektur Nagasaki, sekitar 15 kilometer dari kota Nagasaki. Pulau ini merupakan pulau yang sangat kecil, dengan panjang hanya sekitar 480 meter dan lebar 160 meter ! Total panjang garis pantainya tidak lebih dari 1,2 km. Terletak sekitar 15 km dari kota Nagasaki. Dihuni selama 87 tahun, sejak tahun 1887 hingga 1974, sebagai sebuah lahan pertambangan batubara yang dikelola oleh Mitsubishi Corporation. Pulau ini -walaupun sangat sempit- dilengkapi dengan berbagai fasilitas hidup bagi karyawan tambangnya yang mencapai ribuan, berikut dengan anggota keluarganya masing-masing. Fasilitas itu mencakup asrama / apartemen, sekolah, pasar, pemandian umum, dsb. Merupakan suatu keajaiban bahwa pulau sekecil itu bisa menyediakan fasilitas selengkap itu.
Pada tahun 1890 perusahaan Mitsubishi membeli pulau tersebut dan memulai proyek untuk mendapatkan batu bara dari dasar laut di sekitar pulau tersebut. Pada tahun 1916 mereka membangun beton besar yang pertama di pulau tersebut, sebuah blok apartemen dibangun untuk para pekerja dan juga berfungsi untuk melindungi mereka dari angin topan.
Pada puncak kejayaan aktivitas tambang di pulau ini, kepadatan penduduknya mencapai 10 kali lipat kepadatan penduduk Tokyo, ibukota Jepang, dan termasuk titik dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Jumlah penduduk pulau ini membengkak pada tahun 1959., kepadatan penduduknya mencapai 835 orang per hektar (83.500 orang per km persegi), setara 216.264 orang per mil persegi sebuah populasi penduduk terpadat yang pernah terjadi di seluruh dunia. 
Seiring dengan digesernya batubara oleh bahan bakar minyak sejak 1960-an, maka aktivitas tambang pun mengalami penurunan, hingga akhirnya Mitsubishi terpaksa menutup kegiatan eksplorasinya di pulau ini pada tahun 1974. Penghuninya pun dipaksa kembali ke kampung halamannya masing-masing di berbagai penjuru Jepang, dan pulau ini dibiarkan kosong tak berpenghuni, hingga hari ini.
BAB V
PEMBAHASAN
gunkanjima merupakan salah satu contoh pembangunan proyek arsitektur yang mengalami kegagalan dikarenakan faktor hilangnya mata pencaharian mereka yang berpusat di pulau tersebut. Pemilik pulau ini secara resmi menutup mata pencaharian penduduknya dikarenakan bangkrut. Hal ini menyebabkan para penduduk pulau ini di paksa meninggalkan pulau tersebut sehingga pulau ini menjadi pulau mati yang tidak berpenghuni sama sekali.
Padahal apabila kita lihat pulau ini merupakan sebuah pulau kecil yang memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Mulai dari sekolah hingga rumah sakit. Fasilitas selengkap itu sudah sangat cukup untuk memadai kehidupan para penduduk pulau tersebut. Akan tetapi sumber mata pencaharian di pulau tersebut bersumber dari batu bara yang akhirnya harus ditutup akibat pernurunan aktifitas tambang. Penutupan batu bara ini menyebabkan seluruh penduduk secara paksa di gusur untuk segera meninggalkan pulau ini.
Setelah bertahun tahun ditinggalkan penduduknya, pulau hashima menjadi sebuah pulau mati yang sama sekali tidak berpenghuni. Masih banyak perabotan-perabotan yang tersimpan didalamnya. Tidak adanya perwatan membuat semua bangunan-banguna tua mulai runtuh dan bayak sekali reruntuhan kaca di sekitarnya.
            Pulau hashima merupakan salah satu contoh gagalnya proyek pembangunan arsitektur dikarenakan kurangnya perhatian terhada segala kebutuhan penduduk didalamnya. Dalam hal ini adalah sumber mata pencaharian. gunkanjima memang dibangun khusus untuk seluruh karyawan yang bekerja di pertambangan batu bara. Pemiliknya tidak memikirkan secara detail segala kemungkinan yang akan terjadi. Seharusnya gunkanjima  bisa menjadi salah satu pulau yang maju dan menjadi sebuah kota dengan penduduk yang padat apabila dijadikan sebagai objek wisata selain sebagai tempat mencari nafkah. Pulau ini juga seharusnya bisa menarik seluruh wisatawan sehingga keberadaannya tidak pernah punah. Misalnya saja dengan membuat objek wisata seperti memperlihatkan pertambangan batu bawar bagi wisatawan asing sehingga selain sebagai pusat pertambangan gunkanjima bisa jadi alternatif wisata bagi turis-turis asing di Jepang.
Permasalahan utama gunkanjima adalah terlalu tertutup bagi pengunjung asing, pulau ini hanya memberikan fasilitas-fasilitas standar bagi penduduknya. Gunkanjima  seharusnya bisa menjadi sebuah kota wisata di Jepang. Letaknya yang berada ditengah lautan luas sangat indah dan hal ini bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan asing. Akan tetapi kurangnya gunkanjima sudah merupakan proyek bisnis sejak awal dibangunnya, sehingga hal ini menjadi sebuah kesalahan besar dalam proyek pembangunan. Apabila terjadi kegagalan maka pulau ini menjadi sebuah pulau mati seperti sekarang.
Seharusnya proyek seperti ini dibangun tidak hanya memikirkan suatu kepentingan saja tetapi juga bisa mengakomodasi menjadi sebuah saran bagi kepentingan yang lain sehingga keberadaannya menjadi seimbang. Dengan begitu maka kehidupan gunkanjima bisa berlangsung lebih lama.

BAB VI
KESIMPULAN
gunkanjima merupakan sebuah kota yang sangat padat pada masa kejayaannya kota ini dibangun untuk kepentingan bisnis pertambangan yang didalamnya merupakan karyawan dari perusahaan batu bara tersebut. Pulau ini harus ditutup akibat bangkrutnya perusahaan pertambangan tersebut. Hal ini menyebabkan seluruh penduduk pulau ini secara paksa harus keluar dari gunkanjima.
            Pulau ini sejak awal sudah menjadi pulau untuk keperluan bisnis. Yang pada akhirnya gunkanjima menjadi salah satu pulau mati dengan populasi penduduk yang paling padat. Gunkanjima sama sekali tidak terawat lagi hingga saat ini sehingga seluruh bangunan yang sangat kokoh beberapa puluh tahun yang lalu sudah banyak yang menjadi bangkai.
SARAN
            dalam membangun bangunan harus menyiapkan sebuah perencanaan yang baik agar bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan fungsinya. Juga harus mempertimbangkan dampak-dampak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Hashima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar